SEJARAH ROBERT BADEN POWELL KE-1
Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, Baron Baden-Powell ke-1
Setelah bersekolah di Charterhouse, Baden-Powell bertugas di Angkatan Darat Inggris dari tahun
1876 sampai
1910 di
India dan
Afrika. Pada tahun
1899, selama
Perang Boer Kedua di
Afrika Selatan, Baden-Powell berhasil mempertahankan kota yang di Pengepungan
Mafeking. Beberapa buku bertema militer yang ditulis untuk pengintaian dan pelatihan pandu di
Afrika tahun itu banyak dibaca oleh anak laki-laki. Berdasarkan buku-buku sebelumnya, ia menulis
Scouting for Boys, yang diterbitkan tahun
1908 oleh
Pearson, untuk pembaca remaja. Selama menulis, ia menguji gagasannya melalui perjalanan berkemah di
Pulau Brownsea dengan
Brigade Pemuda dan anak tetangganya yang dimulai pada
1 Agustus 1907, yang kemudian dianggap sebagai awal dari Kegiatan Kepanduan.
Kehidupan awal
Baden-Powell dilahirkan dengan nama Robert Stephenson Smyth Powell,
atau lebih akrab dengan panggilan Stephe Powell, di Jalan Stanhope nomor
6 (sekarang Stanhope Terrace nomor 11)
Paddington, London pada
22 Februari 1857.
[7] Dia diberi nama Robert Stephenson;
[8] sedangkan Smyth adalah nama gadis dari ibunya. Ayahnya seorang Pendeta bernama
Baden-Powell, seorang Savilian yang mengajar
geometri di
Universitas Oxford dan telah memiliki empat anak dari kedua pernikahan sebelumnya. Pada
10 Maret 1846 di Gereja St Lukas,
Chelsea, Pendeta Powell menikahi
Henrietta Grace Smyth (
3 September 1824 -
13 Oktober 1914), putri sulung Laksamana William Henry Smyth dan 28 tahun lebih muda. Dengan begitu cepat lahirlah
Warington (awal
1847),
George (akhir
1847),
Augustus (
1849) dan
Francis (
1850). Setelah tiga anaknya meninggal ketika masih sangat muda, mereka telah memiliki Stephe,
Agnes (
1858) dan
Baden (
1860). Ketiga anak termudanya dan
Augustus
sering sakit-sakitan. Pendeta Powell meninggal ketika Stephe berusia
tiga tahun, dan sebagai penghormatan kepadanya serta untuk mengatur
anak-anaknya sendiri yang terpisah dari saudara dan sepupu, ibunya (
Henrietta Grace Smyth)
mengubah nama keluarga menjadi Baden-Powell. Selanjutnya, Stephe
dibesarkan oleh ibunya, seorang wanita yang berketatapan bahwa
anak-anaknya harus berhasil. Baden-Powell berkata tentang ibunya pada
tahun
1933 Rahasia keberhasilan saya adalah ibu saya.[7][9][10]
Selepas bersekolah di Rose Hill School, Tunbridge Wells, Stephe dianugerahi beasiswa untuk sekolah di
Charterhouse.
Perkenalan pertamanya pada kecakapan kepanduan, yakni kecakapan memburu
dan memasak hewan - dan menghindari guru - di hutan yang berdekatan,
yang juga merupakan kawasan terlarang. Dia juga pandai bermain piano dan
biola, mampu melukis dengan baik dengan menggunakan kedua belah
tangannya serta gemar bermain peran (drama). Masa liburan banyak
dihabiskannya dengan melakukan ekspedisi pelayaran atau bermain kano
dengan saudara-saudaranya.
[7]
Karier Ketentaraan
Pada tahun
1876, Baden-Powell bergabung dengan
Hussars ke-13 di
India. Pada tahun
1895 dia bertugas dengan dinas khusus di Afrika dan pulang ke India pada tahun
1897 untuk memimpin Pasukan Dragoon ke-5.
[11] Baden-Powell saling berlatih dan mengasah kemahiran kepanduannya dengan raja Zulu
Dinizulu pada awal
1880an di
provinsi Natal, Afrika Selatan di mana resimennya ditempatkan dan ia diberi penghargaan karena keberaniannya.
[12]
Pada tahun
1896, Baden-Powell ditugaskan ke daerah
Matabele di
Rhodesia Selatan (sekarang dikenal dengan nama
Zimbabwe) sebagai Kepala Staf di bawah Jenderal
Frederick Carrington selama Perang Matabele Kedua, dan disanalah pertama kalinya ia bertemu dengan orang yang nanti menjadi sahabat karibnya,
Frederick Russell Burnham,
tentara kelahiran Amerika Serikat yang menjabat sebagai kepala pasukan
pengintai Inggris. Keberadaannya di sana akan menjadi pengalaman yang
sangat penting, bukan hanya karena Baden-Powell berkesempatan memimpin
misi sulit di wilayah musuh, tetapi saat-saat itulah Ia banyak mendapat
inspirasi untuk membuat sistem pendidikan kepanduan. Ia bergabung dengan
tim pengintai (mata-mata) di Lembah Matobo. Burnham mulai mengajari
woodcraft kepada Baden-Powell, keahlian yang juga memberikan inspirasi
untuk menyusun program/ kurikulum dan kode kehormatan kepanduan.
Woodcraft adalah keahlian yang banyak dikenal dan dikuasai di Amerika,
tetapi tidak dikenal di Inggris. Keahlian itulah cikal bakal dari apa
yang kiri sering disebut Ketrampilan Kepramukaan.
Keduanya menyadari bahwa kondisi alam dan peperangan di Afrika jauh
berbeda dengan di Inggris. Maka mereka merencanakan program pelatihan
bagi pasukan tentara Inggris agar mampu beradaptasi. Program pelatihan
itu diberikan pada anak-anak muda, isinya penuh dengan materi-materi
tentang eksplorasi, trekking, kemping dan meningkatkan kepercayaan diri.
Saat itu juga merupakan kali pertama bagi Baden Powell mengenakan
topi khasnya (Burnham mirip topi koboi) sebagai pengenal dan hingga kini
masih digunakan oleh anggota kepanduan di seluruh dunia. Selain itu,
Baden-Powell juga menerima sangkakala (terompet) kudu, peralatan dalam
Perang Ndebele. Terompet itu nantinya ditiup setiap pagi untuk
membengunkn para peserta Perkemahan Kepanduan pertama di Kepulauan Brown
sea.
Baden-Powell pada sebuah kartu pos patriotik pada tahun 1900
Tiga tahun kemudian, di Afrika Selatan selama Perang Boer II.
Baden-Powell ditempatkan di kota kecil bernama Mafeking dengan jumlah
pasukan Boer yang jauh lebih banyak dari pada di tempat sebelumnya. The
Mafeking Cadet Corps adalah sekelompok anak muda yang bertugas
membawakan pesan untuk pasukan lain. Meskipun mereka tidak berpengalaman
dalam menghadapi musuh, mereka berhasil melawan musuh mempertahankan
kota (1899–1900), dan kejadian inilah yang juga menjadi salah satu
faktor yang mengilhami Baden-Powell dalam membuat materi kepanduan.
Setiap orang dalam pasukan itu menerima bedge penghargaan berbentuk
jarum kompas yang dikombinasikan dengan ujung anak panah. Bedge ini
bentuknya mirip dengan fleur de lis, logo yang hingga kini digunakan
sebagai logo organisasi kepanduan di banyak negara di dunia.
Di Inggris Raya, orang-orang membaca berita prestasi Baden-Powell
dalam memimpin Pasukan Mafeking sehingga di negara asalnya itu, ia
menjadi “Pahlawan Nasional”. Hal ini memberikan keuntungan, karena buku
kecil yang ditulisnya “Aids to Scouting” menjadi terjual laris.
Sekembalinya ke Inggris, Ia melihat bukunya telah populer dan banyak
digunakan para guru untuk mendidik muridnya, dan juga para pemuda yang
aktif dalam organisasi. Karena itulah, Ia diminta untuk menulis ulang
bukunya tersebut agar mudah dipahami oleh anak muda, terutama untuk
anggota Boys’ Brigade, sebuah orgaisasi kepemudaan yang besar dan
bernuansa militer. Baden-Powell mulai berpikir kemungkinan hal ini bisa
berkembang jauh lebih besar. Ia mulai mempelajari materi lain yang bsa
menjadi bahan pelajaran dalam kepanduan.
Juli 1906, Ernest Thompson Seton mengirimi Baden-Powell salinan
bukunya yang berjudul The Birchbark Roll of the Woodcraft Indians.
Seton, adalah orang Kanada yang lahir di Inggris dan tinggal di Amerika
Serikat. Ia bertemu dengan aden-Powell bulan Oktober 1906, dan mereka
saling berbagi ide tentang program pelatihan bagi pemuda. Tahun 1907,
Baden-Powell menulis draft buku berjudul Boy Patrols. Pada tahun yang
sama, untuk menguji idenya, Ia mengumpulkan 21 pemuda dengan latar
belakan bermacam-macam (yang diundang dari beberapa sekolah khusus
laki-laki di London, yakni Poole, Parkstone, Hamworthy, Bournemouth, dan
Winton Boys’ Brigade units) dan mengadakan perkemahan selama seminggu
di Brownsea Island, Poole Harbour, Dorset, Inggris. Metode yang
diterapkan dalam perkemahan itu adalah memberikan kesempatan pada para
pemuda tersebut untuk mengatur kelompok mereka sendiri dengan membentuk
kelompok kecil dan memilih salah satu anggota kelompok sebagai pemimpin.
Brownsea, 1908
Musim panas 1907, Baden-Powell melakukan promo dan bedah buku
barunya, “Scouting for Boys”. Ia tidak sekedar menulis ulang buku “Aids
to Scouting” yang lebih banyak materi kemiliterannya. DI buku yang baru
itu, aspek kemiliterannya diperkecil dan digantikan dengan teknik-tekni
non-militer (terutama survival) seperti pioneering dan penjelajahan. Ia
juga memasukka perinsip edukasi yang inovatif, disebut Scout method
(metode kepramukaan). Ia juga berkreasi dengan membuat game-game menarik
sebagai sarana pendidikan mental.
Scouting for Boys awalnya diperkenalkan di Inggris pada Januari 1908
dalam 6 jilid. Pada tahun yang sama, buku tersebut dicetak dalam bentuk
satu buku utuh. Sampai saat ini, buku tersebut di peringkat ke empat
dalam daftar buku bestseller dunia sepanjang masa.
Mulanya, Baden-Powell diminta menjadi “pembina” organisasi The Boys’
Brigade, yang didirikan William A. Smith. Kemudian, karena
popularitasnya semakin meningkat serta tulisannya tentang
petualangan-petualangan di alam terbuka, banyak pemuda yang mulai
membentuk kelompok kepanduan dan Baden-Powell “kebanjiran order” untuk
menjadi pembina kelompok-kelompok itu. Mulai saat itulah Gerakan
Kepanduan (Scout Movement) mulai berkembang dengan pesat.
Pulang ke Inggris
Setelah kembali, Baden-Powell mendapati buku panduan ketentaraannya
"Aids to Scouting" telah menjadi buku terlaris, dan telah digunakan oleh
para guru dan organisasi pemuda.
Kembali dari pertemuan dengan pendiri
Boys' Brigade,
Sir William Alexander Smith, Baden-Powell memutuskan untuk menulis kembali
Aids to Scouting agar sesuai dengan pembaca remaja, dan pada tahun
1907 membuat satu perkemahan di
Brownsea Island bersama dengan 22 anak lelaki yang berlatar belakang berbeda, untuk menguji sebagian dari idenya. Buku "
Scouting for Boys" kemudian diterbitkan pada tahun
1908 dalam 6 jilid.
Kanak-kanak remaja membentuk "Scout Troops" secara spontan dan gerakan
Pramuka
berdiri tanpa sengaja, pada mulanya pada tingkat nasional, dan kemudian
pada tingkat internasional. Gerakan pramuka berkembang seiring dengan
Boys' Brigade. Suatu pertemuan untuk semua pramuka diadakan di
Crystal Palace di London pada 1908, di mana Baden-Powell menemukan gerakan
Pandu Puteri yang pertama. Pandu Puteri kemudian didirikan pada tahun
1910 di bawah pengawasan saudara perempuan Baden-Powell,
Agnes Baden-Powell.
Walaupun dia sebenarnya dapat menjadi Panglima Tertinggi, Baden Powell memuutuskan untuk berhenti dari tentara pada tahun
1910 dengan pangkat Letnan Jendral menuruti nasihat
Raja Edward VII, yang mengusulkan bahawa ia lebih baik melayani negaranya dengan memajukan gerakan Pramuka.
Pada Januari
1912 Baden-Powell bertemu calon isterinya
Olave Soames di atas kapal penumpang (Arcadia) dalam perjalanan ke
New York
untuk memulai Lawatan Pramuka Dunia. Olave berusia 23, Baden-Powell 55,
dan mereka berkongsi tanggal lahir. Mereka bertunangan pada September
tahun yang sama dan menjadi sensasi pers, mungkin karena ketenaran
Baden-Powell, karena perbedaan usia seperti itu lazim pada saat itu.
Untuk menghindari gangguan pihak pers, mereka melangsungkan pernikahan
secara rahasia pada 30 Oktober
1912. Dikatakan bahwa Baden-Powell hanya memiliki satu petualangan lain dengan wanita (pertunganannya yang gagal dengan
Juliette Magill Kinzie Gordon).
Pramuka Inggris menyumbang satu penny masing-masing dan mereka membelikan Baden-Powel hadiah pernikahan, yaitu sebuah mobil
Rolls Royce. ‹‹‹›››
Perang Dunia I dan kejadian-kejadian selanjutnya
Ketika pecah
Perang Dunia I pada tahun
1914,
Baden-Powell menawarkan dirinya kepada Jabatan Perang. Tiada tanggung
jawab diberikan kepada beliau, sebab, seperti yang dikatakan oleh
Lord Kitchener:
"dia bisa mendapatkan beberapa divisi umum dengan mudah tetapi dia
tidak dapat mencari orang yang mampu meneruskan usaha baik Boy Scouts."
Kabar angin menyatakan Baden-Powell terkait dalam kegiatan spionase dan
dinas rahasia berusaha untuk menggalakkan mitos tersebut.
Baden-Powell dianugerahi gelar
Baronet pada tahun
1922, dan bergelar Baron Baden-Powell, dari Gilwell dalam County Essex, pada tahun
1929.
Taman Gilwell
adalah tempat latihan Pemimpin Pramuka Internasional. Baden-Powell
dianugerahi Order of Merit dalam sistem penghormatan Inggris pada tahun
1937, dan dianugerahi 28 gelar lain dari negara-negara asing.
Dalam sajak singkat yang ia tulis, ia menjelaskan bagaimana mengucapkan namanya:
- Man, Nation, Maiden
- Please call it Baden.
- Further, for Powell
- Rhyme it with Noël.
Dibawah usaha gigihnya pergerakan
Pramuka dunia berkembang. Pada tahun
1922 terdapat lebih dari sejuta pramuka di 32 negara; pada tahun
1939 jumlah pramuka melebihi 3,3 juta orang.
Keluarga Baden-Powell memiliki tiga anak – satu anak laki-laki dan dua perempuan (yang mendapat gelar-gelar kehormatan pada
1929; anak laki-lakinya kemudian menggantikan ayahnya pada
1941:
- Peter, kemudian 2nd Baron Baden-Powell (1913-1962)
- Hon. Heather Baden-Powell (1915-1986)
- Hon. Betty Baden-Powell (1917-2004) yang pada 1936 menikah dengan
Gervase Charles Robert Clay (lahir 1912 dan memiliki 3 anak laki-laki
dan 1 perempuan)
Tidak lama selepas menikah, Baden-Powell berhadapan dengan masalah
kesehatan, dan mengalami beberapa serangan penyakit. Ia menderita sakit
kepala terus menerus, yang dianggap dokternya berasal dari gangguan
psikosomatis dan dirawat dengan analisis mimpi. Sakit kepala ini
berhenti setelah ia tidak lagi tidur dengan Olave dan pindah ke kamar
tidur baru di balkon rumahnya. Pada tahun
1934 prostatenya dibuang, dan pada tahun
1939 dia pindah ke sebuah rumah yang dibangunnya di
Kenya, negara yang pernah dilawatinya untuk berehat. Dia meninggal dan dimakamkan di
Kenya, di Nyeri, dekat
Gunung Kenya, pada
8 Januari 1941.
Pada 1938 Royal Academy of Sweden menganugerahkan Lord Baden-Powell
dan semua gerakan Pramuka hadiah Nobel Perdamaian untuk tahun 1939. Tapi
pada 1939 Royal Academy memutuskan untuk tidak menganugerahkan hadiah
untuk tahun itu, karena pecahnya Perang Dunia II.
Pergerakan Pramuka dan Pandu Puteri merayakan
22 Februari
sebagai hari B-P, tanggal lahir bersama Robert dan Olave Baden-Powell,
untuk memperingati dan meraikan jasa Ketua Pramuka dan Ketua Pandu
Puteri Dunia.